Pintu anti-api merupakan unsur yang tak terpisahkan dari perencanaan proteksi kebakaran pasif dalam sebuah bangunan. Pintu-pintu ini digunakan untuk menciptakan kompartemen kebakaran, yang merupakan langkah strategis dalam melambatkan penyebaran api dan asap jika terjadi kebakaran. Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan bahan-bahan apa yang digunakan dalam pembuatan pintu anti-api, seberapa efektif perlindungannya, serta situasi di mana pintu-pintu ini diwajibkan oleh undang-undang.
Bahan-Bahan Pembuatan Pintu Anti-api Pintu-pintu anti-api dapat terbuat dari berbagai kombinasi bahan, seperti kayu, baja, gipsum, dan aluminium. Beberapa di antaranya mungkin juga dilengkapi dengan jendela, yang umumnya terbuat dari kaca borosilikat atau keramik, kedua jenis kaca ini memiliki ketahanan api yang lebih tinggi dibandingkan dengan kaca biasa. Beberapa pintu juga mungkin dilengkapi dengan jaring kawat anti-pecah untuk meningkatkan keamanan.
Untuk meningkatkan kemampuan pintu anti-api dalam menghentikan penyebaran api, biasanya pintu ini dipasang dengan sangat presisi sehingga tidak ada celah yang terbuka. Setiap celah yang mungkin ada akan diisi dengan sealant tahan api berbahan dasar silikon. Selain itu, strip intumescent juga sering kali dipasang di bagian bawah pintu. Strip ini akan mengembang ketika terkena panas, sehingga mencegah asap merembes ke bawah pintu.
Pintu anti-api juga biasanya dilengkapi dengan mekanisme penutupan otomatis. Mekanisme ini biasanya terpasang di bagian atas pintu dan dapat berupa pegas atau sistem hidrolik. Mekanisme ini bertugas untuk menutup pintu secara otomatis saat terjadi kebakaran, mencegah api dan asap dari menyebar ke area lain.
Penting untuk diingat bahwa meskipun banyak pintu mungkin memiliki beberapa atau bahkan semua fitur ini, tidak semua pintu yang ada dapat disebut sebagai “pintu anti-api” secara resmi. Untuk memenuhi standar pintu anti-api, sebuah pintu harus telah disertifikasi oleh produsennya. Proses sertifikasi ini melibatkan sejumlah pengujian di fasilitas yang diakui oleh lembaga sertifikasi, termasuk pengujian dalam kondisi simulasi kebakaran dan uji tekanan. Anda dapat mengidentifikasi pintu-pintu yang telah disertifikasi berdasarkan label yang biasanya ditempelkan di bagian atas pintu. Label ini biasanya mencantumkan informasi mengenai pabrikan, tanggal pembuatan, serta peringkat ketahanan api yang telah diuji (lebih lanjut mengenai peringkat ini akan dijelaskan di bawah).
Berapa Lama Pintu Anti-api Melindungi Anda? Terdapat berbagai tingkatan pintu anti-api, masing-masing memberikan tingkat perlindungan yang berbeda dalam menahan api. Perbedaan utama antara tingkatan ini adalah lamanya pintu tersebut mampu melindungi dari dampak kebakaran. Tingkatan standar yang digunakan adalah FD30 (30 menit), FD60 (60 menit), FD90 (90 menit), dan FD120 (120 menit).
Salah satu faktor yang membedakan tingkatan ini adalah “ketebalan inti bersertifikat” dari pintu tersebut. Ketebalan ini merujuk pada bahan inti pintu yang sering kali diberikan lapisan estetika dari bahan berbeda.
Pintu dengan tingkatan FD30 dan FD60 umumnya digunakan secara internal dalam bangunan kantor dan rumah tinggal. Sementara itu, pintu dengan tingkatan FD90 dan FD120 umumnya digunakan untuk melindungi properti berharga atau bagian inti dari bangunan, seperti arsip atau pusat server.
Kapan Pintu Anti-api Diperlukan? Segala aturan yang berkaitan dengan penggunaan pintu anti-api diatur dalam dokumen Keselamatan Kebakaran: Dokumen B yang Disetujui dan peraturan terkait lainnya. Sesuai dengan peraturan ini, pintu anti-api diperlukan dalam bangunan tempat tinggal yang memiliki lebih dari dua lantai. Pintu anti-api juga harus dipasang di setiap pintu yang menghubungkan tangga darurat (setiap lantai) dengan ruangan yang dapat ditempati manusia (kecuali kamar mandi, misalnya). Untuk bangunan komersial atau non-domestik, persyaratan mengenai penggunaan pintu anti-api dapat bervariasi tergantung pada apakah rute keluarnya berupa tangga atau koridor.